justfindit

Thursday, February 28, 2008

Peristiwa4

TEMU PELAJAR, SEMINAR & DISKUSI BUKU

Tak disangka, sambutan para pelajar dan peserta seminar yang berasal dari orang tua, pendidik, tokoh agama dan tokoh masyarakat begitu semarak dan serius. Mereka memadati aula Pesantren TABAH (Tharbiyatut Tholabah) di kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Saat itu tampil sebagai narasumber adalah Masduki Baedhowi yang pada saat itu berstatus sebagai anggota DPR RI komisi X dan Dr. Shaleh (dosen Unibraw Malang), serta Hayadin (penulis Buku Peta Masa Depanku).

Diskusi buku diselenggarakan pada hari, tanggal 2006. Dimulai Pukul 09.00 sampai dengan 13.00. banyak sekali tanggapan berupa pertanyaan, ataupun kritikkan ditujukan kepada para narasumber. Salah satu tanggapan yang sangat berkesan bagi penulis buku adalah pernyataan peserta bahwa Hidup ini tidak perlu rencana, karena semua sudah di atur oleh Tuhan yang maha kuasa (Allah SWT).

Peristiwa3

PELATIHAN PMD DI MAN 1 JAKARTA. GROGOL, JAKARTA BARAT

Sebanyak kurang lebih 180 orang siswa-siswi Madrasah aliyah Negeri (MAN) 1 Jakarta mengikuti “pmd One Day Training”. Mereka sementara duduk di kelas 1 dan 2. Bertempat di Aula lantai dasar MAN 1 pada hari Sabtu 19 Januari 2008 M. Setelah upacara pembukaan oleh Wakil Kasek bidang Kurikulum Ibu Dra. Nur Leila, M.Pd, pada jam 08.15 WIB, acara dilanjutkan dengan Pelatihan hingga pukul 15.30 Sore.

Pelatihan ini bertujuan untuk memicu kesadaran para siswa MAN 1 terhadap pentingnya merencanakan masa depan. Melalui pelatihan ini, peserta diarahkan secara bertahap untuk membuat peta dan portopolio masa depan mereka sendiri. Pada hari tersebut mereka dibimbing secara SIMULASI dalam membuat PETA MASA DEPAN.

Meskipun mudah, tetapi kebanyakan peserta menemukan kesulitan dalam membuat pilihan dan keputusan tentang masa depan mereka. Inilah yang menjadi focus perhatian dari pmd Management Center, yakni kemampuan dan keterampilan mengambil keputusan serta kesadaran untuk membuat perencanaan.

Diharapkan dengan adanya peta masa depan, maka mereka akan lebih giat belajar untuk meraih profesi dan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Peristiwa2

T.O.T n MENTORs pmd

Hari Sabtu Tanggal 14 Juli 2007, diselenggarakan pelatihan untuk Pelatih (t.o.t) dan Mentor. Tujuan dari kegiatan ini adalah merekrut calon mentor dan pelatih pmd. mereka yang dilatih (briefing) akan menjadi mentor pada pelatihan pmd yang di selenggarakan di sekolah menengah di Jakarta dan sekitarnya.

Tampil sebagai Nara sumber dalam acara tersebut adalah: Bambang S. Ramelan (Kasubsi Kesiswaan SMK Dinas Dikmenti DKI Jakarta); Suprianto (Ketua TIm Pengarah); Ahmad Fathoni (unsur pengurus pmd Management Center), dan Hayadin sebagai penginisiatif dan penulis buku “Peta Masa Depanku”.

Pelatihan ini sesungguhnya merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang sudah dilakukan; yakni trining dan penulisan buku pmd. Pelatihan pmd diharapkan menjadi pendukung bagi upaya sosialisasi dan implementasi gagasan tentang pentingnya perencanaan studi dan masa depan kepada pelajar Indonesia.

Peristiwa 1

SEMINAR & PELUNCURAN BUKU

Acara peluncuran buku “Peta Masa Depanku” dilakukan pada tanggal 26 Juli 2006, mengamil tema: Membangun Mutu Pendidikan dan Daya Saing Bangsa di era Globalisasi. Acara peluncuran buku di selenggarakan di di Aula Nusantara LPMP DKI Jakarta tanggal 26 Juli 2006. Dihadiri oleh peserta yang terdiri atas para pendidik dan tenaga kependidikan yang berasal dari Madrasah Aliah, Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menegah Atas, Sekolah Menegah Pertama, Sekolah Kejuruan, Mahasiswa, Para praktisi pendidikan serta politisi yang kansern pada bidang pendidikan dan masa depan pelajar.

Penerbit buku dan Penulis sangat bangga karena acara launcing tersebut dapat menampilkan NARASUMBER : Dr. H. Fasli Jalal (Keynote Speaker) Peran Pendidik & Tenaga Kependidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan dan daya saing bangsa di era globalisasi; Abd. Hakan Naja (Komisi X-bidang pendidikan DPR RI) Membangun kesiapan bersaing out-put pendidikan Indonesia di era globalisasi melalui perencanaan studi dan profesi, dalam perspektif Politik Pendidikan.

Peristiwa: pmd 1 day training di UIC

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN SEHARI PETA MASA DEPANKU
(PMD One Day Training on Ramadhan)

I. PENDAHULUAN
Laporan ini dibuat dalam rangka menyediakan dokumen pelatihan Peta Masa Depanku bagi para pihak atau Lembaga yang kansern dan peduli terhadap pembinaan pelajar khususnya dan generasi muda umumnya.
Melalui laporan ini, secara eksplisit akan disampaikan kondisi obyektif kegiatan yang telah dilakukan; apa masalah dan solusi yang dihadapi serta bagaimana langkah selanjutnya.
Hal ini penting, karena setiap kegiatan (terutama kegiata baru) masih menyimpan peluang untuk dikembangkan dan disempurnakan.

II. GAMBARAN UMUM REALISASI KEGIATAN

Tempat dan Waktu
Pelaksanaan kegiatan dilakukan di Aula Bahder Johan Kampus Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta. Pelatihan berlangsung sebanyak tiga angkatan @ satu hari, yakni:
· Angkatan I; tanggal 28 September 2006
· Angkatan II; tanggal 8 Oktober 2006
· Angkatan III; tanggal 15 Oktober 2006
· Pelatihan dimulai pukul 09.00 pagi hari hingga pukul 17.00 (7 jam efektif).

Peserta
Jumlah peserta pelatihan untuk tiga angkatan sebanyak 54 orang. Terdiri dari berbagai lembaga pendidikan SMA, SMK, MA. Nama peserta dan asal sekolah terlampir.

Narasumber dan Mentor
Narasumber utama pelatihan adalah Saudara Hayadin, penulis buku ‘Peta Masa Depanku’, dibantu beberapa kawan-kawan seperti: Drs. Jafar Anwar, MSi. Mentor yang terlibat sebanyak 4 orang yakni: Edi Suhadi, Samiun, Swadesiwati, dan Mahyuddin.

Materi
Materi yang diberikan kepada peserta bersumber dari buku ‘Peta Masa Depanku’ yang didukung dengan permainan (games), dan simulasi yang relevan mengenai pengambilan keputusan dan perencanan studi dan masa depan.

Respon Peserta
Peserta pelatihan memberikan respon yang positif terhadap Pelatihan PMD. Sebagian peserta meminta agar pelatihan dilakukan pula pada hari selain Ramadhan. Ada pula yang meminta agar ada pelatihan di sekolah. Beberapa respon, kesan dan pesan peserta terlampir.

Evaluasi Pencapaian Indikator (Kinerja)
Jumlah peserta tidak mencapai target 1000 orang sebagaimana direncanakan dalam proposal. Meskipun demikian para peserta memiliki pemahaman dan keterampilan membuat ‘Peta Masa Depanku’. Hal tersebut diketahui melalui kuisioner yang diberikan kepada peserta setelah selesai pelatihan (post-test).


III. ANALISIS

A. Permasalahan & solusi
Selama penyelenggaraan pelatihan terdapat beberapa hal yang menarik untuk dianalisis:
1. Peserta yang direncanakan berasal dari pelajar SMP dan SMA sederajad memiliki kegiatan yang padat di bulan Ramadhan. Selain belajar di sekolah, mereka juga melaksanakan kegiatan ROHIS di sekolah atau mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Remaja Mesjid. Hal ini menjadi permasalahan bagi panitia dalam upaya merekrut peserta sebanyak-banyaknya. Selain itu kerjasama yang belum terbangun antara PMD dengan para Kepala Sekolah, juga dirasakan menjadi salah satu masalah. Ini dapat dipahami karena PMD sebagai gagasan dan sebagai paguyuban masih relative baru. Solusi untuk permasalahan ini adalah semaksimal mungkin memperkenalkan gagasan dan program kerja, terutama pelatihan PMD kepada seluruh Kepala sekolah SMP dan SMA sederajad.
2. Pelatih dan Mentor yang masih terbatas, baik dalam konteks jumlah maupun dalam konteks kualitasnya. Untuk menutupi hal ini akan dilakukan T.O.T untuk calon mentor.
3. Kinerja panitia belum terlalu maksimal dalam melayani peserta. Hal ini terkait dengan kesibukan pribadi panitia dan kondisi fisik di bulan puasa.
4. Fasilitas/sound system juga belummaksimal menghadirkan suasana yang syahdu dan nyaman serta menyenangkan. Solusi dari hal ini adalah membuat perencanaan yang matang dan personil panitia yang siap serta fasilitas yang memadai. Kesiapan fasilitas harus dites sehari sebelum kegiatan atau beberapa jam sebelum acara dimulai.


IV. PENUTUP
Demikian laporan ini disajikan untuk menjadi bahan evaluasi dan refleksi dalam rangka memperbaiki kualitas pelatihan dan penyempurnaan gagasan PMD.

Komentar 2006 - 2007

KOMENTAR PESERTA PELATIHAN
PMD ONE DAY TRAINING JAKARTA



1. Julianti
Siswa SMAN 52 Kelas XII IPS 3
· Saya memperoleh manfaat berupa wawasan dalam menanggulangi kebimbangan memilih masa depan.
· Pesan saya; ‘pelatihan PMD kelak bisa lebih banyak peminatnya dan dapat berkembang terus menjadi kegiatan yang mat bermanfaat bagi kita yang belum mengerti arah masa depan’.

2. Siti Nurhayati
SMAN 1 Jonggol
Kelas III IPA
· Manfaat mengikuti pelatihan PMD: ‘Saya jadi tahu apa yang harus saya persiapkan sejak sekarang untuk hari masa depan’.
· Pesan saya: ‘pelatihan PMD harus diadakan di setiap sekolah’.

3. Susilawati
SMAN 1 Jonggol
Kelas III. IPA
· Manfaat mengikuti pelatihan PMD: ‘Saya lebih terfokus untuk menentukan masa depan dan cita-cita dengan potensi dan keadaan yang kita miliki.

4. Ardiansyah
SMKN 54
Kelas III. Otomotif
· Manfaat mengikuti pelatihan PMD: ‘Memotivasi saya agar semakin berusaha dalam mencapai cita-cita’.

5. Novian Sulaiman
SMA Al Ghurabaa
Kelas XI IPA
· Manfaat mengikuti pelatihan PMD: ‘Dapat mengambil prinsip dalam berpikir lebih masak untuk apa yang dipelajari, menentukan hidup dari sedini mungkin’.
· Pesan saya: ‘Semoga pelatihan PMD dapat dilestarikan di setiap sekolah khususnya di SMA AL Ghrabaa’.

6. Ramdani Nuzul
SMAN 92 Jakut
Kelas XI. IPA
· Manfaat mengikuti pelatihan PMD: ‘Saya bisa mengetahui arah dan tujuan saya untuk masa depan, dan mengetahui bagaimana lengkah-langkah buat menuju masa depan’.
· Pesan saya: ‘Agar pelatihan PMD ini tetap dilakukan di masa yang akan datang’.

7. Qurrota Aini
MAN 3 Jakarta
Kelas XI IPA
· Manfaat mengikuti pelatihan PMD: ‘Dapat memastikan keputusan kita di masa depan ingin menjadi apa; dan dapat melakukan rencana-rencana yang telah di susun dengan selangkah demi selangkah.
· Pesan saya: ‘Semoga pelatihan PMD selanjutnya lebih baik’.

8. Nur Azizah
MAN 3 Jakarta
Kelas X
· Manfaat mengikuti pelatihan PMD: ‘Saya menjadi paham apa itu masa depan dan pentingnya masa depan untuk kehidupan yang lebih baik. Dan menjadi tahu bagaimana caranya mencapai masa depan tersebut.

9. Lilis Septia Ningrum
MAN 3 Jakarta
Kelas XI IPA 1
· Manfaat mengikuti pelatihan PMD: ‘Lebih yakin dengan apa yang akan kita lakukan nanti di masa depan’.
· Kritikan Saya: ‘Kaya’nya ga asyik deh, kalo ga ada buku panduannya’.

10. Candra Sapto P.
· Manfaat mengikuti pelatihan PMD: ‘Saya bisa memanfaatkan waktu sekarang untuk menjalani dan melakukan apa yang harus saya lakukan untuk meraih masa depanku’.

11. Febriyantoro
SMAN 36 Jaktim
Kelas XII IPA
· Manfaat mengikuti pelatihan PMD: ‘Optimis diri untuk mewujudkan cita-cita demi diri sendiri, keluarga, nusa, dan bangsa’.
· Pesan saya: ‘Kalau bisa waktu pelatihan lebih lama lagi dan tempatnya di alam terbuka’.

12. Rosnah Susanti (Susan)
SMKN 27 Jakpus
Kelas III Busana
· Manfaat mengikuti pelatihan PMD: ‘Kita bisa tahu bagaimana cara kita mewujudkan cita-cita kita’.




KOMENTAR PESERTA PELATIHAN PMD
KABUPATEN KUNINGAN
Tanggal 13 Januari 2007



13. Samihati
SMK Budi Bhakti
Mandirancan
Kesan saya selama mengikuti pelatihan ini adalah memang sangat menyenangkan dan saya dapat mengetahui apa makna dari kehidupan masa depan yang akan datang
Pesan saya adalah supaya pelatihan PMD terus di laksanakan,tidak akan pernah putus sampai kapanpun.


14. Uum Umiati
SMK Budi Bhakti
Kesanya,cita – cita kita dapat terarah/terfokus dan kita juga dapat bertemu dengan teman – teman dari sekolah lain. Serta kita dapat mempertimbangkan cita – cita yang baik untuk kita di masa yang akan datang dan mengetahui hal – hal apa saja yang harus di lakukan untuk mencapai cita – cita
Pesan: kegiatan PMD lebih di sosialisasikan lagi dan di laksanakan lebih lama lagi.


15. Tian Rahmawati
SMA Pertiwi Cilimus
Kesan: cukup menyenangkan dan kita bisa mencari jalan untuk masa depan / kita membuat rencana yang akan kita laksanakan kelak.
Pesan: agar bisa di lanjutkan kembali tahun depan, susunan acaranya kurang sehingga kami selaku peserta merasa bosan ,kurangnya disiplin waktu.

16. Dian Maryanti
SMAN 1 Garawangi
Kesan: menarik dan sangat bermamfaat dan kita jadi lebih tahu sebenarnya apa yang kita akan lakukan di masa depan.
Pesan: harus lebih menarik lagi, dan menurut saya PMD toplah.

17. Susilawati
SMK. BM.Pertiwi Cilimus
Berkesan banget, banyak teman + kenalan, menambah ilmu, bisa mempunyai planning ke masa depan, adanya motivasi untuk ke masa depan menambah ilmu tentang masa depan menambah teman, kenangan dan pengalaman.
Pesan: jangan sehari terlalu cape, seharusnya 2/3 hari.

18. Galih Pratomo
SMKN 2 Kuningan
Kesan: sangat senang dan alhamdulillah mendapat pengalaman baru, menjadi termotivasi untuk memfokuskan pada hal –hal yang menunjang dalam pencapaian cita – cita saya dan termotivasi untuk tidak putus asa.
Pesan: semoga pelatihan ini bisa diberikan kepada semua pelajar agar mereka mempunyai PMD dari sekarang.

13. Buniah
SMK. BM.Pertiwi
Cilimus
Kesan: seru dan senang banget karena bisa menambah wawasan dan pengetahuan, bisa menambah teman, menambah keakraban, bisa memberikan gambaran tentang apa yang harus di lakukan untuk masa depan
Pesan: semoga tahun depan kegiatan ini di adakan lagi.

14. Titin Sutini
SMAN 1 Ciwaru
Kesan: sangat menyenangkan dan saya lebih yakin akan cita – cita yang akan saya raih di masa depan
Pesan: lebih ditingkatkan lagi dalam pelatihan peta masa depan agar PMD lebih maju lagi

15. Romansah
SMK Muhammadiyah
2 Kuningan
Kesan: pembelajara berharga untuk meraih masa depan dan sadar akan kebutuhan semangat jiwa untuk meraih masa depan
Pesan: mohon lebih banyak untuk penerimaan peserta.

16. Kartika Sari Endah
SMK Bina Swasta
Kesan: saya mendapat pelajaran tentang masa depan, jadi punya teman baru serta saya memahami betapa pentingnya memikirkan masa depan dan saya dapat memahami cita – cita yang saya inginkan .
Pesan: lebih dibikin menarik lagi dan di adakan lagi untuk tahun – tahun yang akan datang.

17. Anton Heryanto
SMK Budi Bhakti
Kesan: jadi berpikir bahwa masa depan masa yang pasti kita lalui jadi kita harus melakukan persiapan dan cenderung lebih memikirkan masa depan

18. Ina Ana Khoeriah
SMAN 1 Ciawigebang
Kesan: menyenangkan karena saya jadi termotivasi untuk berpikir / mengukir masa depan, termotivasi untuk meraih cita – cita dan tahu akan cara belajar yang baik
Pesan: dalam penyampaian materi jangan di dalam ruangan saja boring

19. Dewi sandra Masroh
SMAN 1 Cidahu
Kesan: menyenangkan karena kita bisa tahu apa masa depan itu dan kita mendapatkan ilmu untuk masa depan kita.
Pesan: Majulah PMD ,kalau bisa pmd diadakan 3 hari.

20. Adi Wijaya
SMAN 1 Lebakwangi
Kesan: saya sangat senang dan mendapat banyak pengalaman dan mengetahui apa potensi saya,dapat mengetahui potensi dan ada bayangan mengenai masa depan,tujuan saya mau kemana !
Pesan: nanti mah yang di undangnya jangan hanya 1/2 orang atuh coba agak banyakan dan acaranya lebih besaran agar yang lain juga dapat ikut gitu....!

21. Wahyudin
SMAN 1 Kuningan
Kesan: bagus saya jadi tahu bagaimana plannig meraih cit – cita dan keinginan serta tekad sungguh – sungguh untuk mencapai cita – cita.
Pesan: kalau bisa di laksanakan di tempat yang lebih enak misalnya di hotel.

22. Wahyudin
SMK Budi Bhakti
Mandirancan
Kesan: saya sangat baik, maksudnya saya senang sekali dengan kegiatan ini dan kita dapat menentukan rancangan untuk masa depan
Pesan: acara lebih di padatkan dan lebih di tinggkatkan gamesnya.

23. Gofar Abdul Azis
SMKN 1 Kuningan
Kesan: asyik sekali karena kita banyak mendapat pelajaran dari kegiatan ini dan dapat memahami tentang keadaan diri dan dapat menentukan masa depan.
Pesan: Pelatihanya kalau bisa wakutnya di tambah

31. Sandi Dwi Nursindra
SMAN 2 Kuningan
Kesan: sangat santai dan lumayan mengasikan karena di isi oleh kegiatan simulasi + games yang menarik dan saya dapat menggambarkan dan merencanakan masa depan saya terutama di dalam karier
Pesan: lebih satai lagi dalam memberikan pengarahan kalau nanti ada PMD lagi waktunya di perpanjang.

32. Jaelani
SMK Auto matsuda
Kesan: senang meskipun acaranya agak terlalu lama dan kita mengetahui potensi yang ada di dalam diri kita sehinga kita dapat menentukan pilihan untuk masa depan
Pesan: harus banyak di sosialisasikan

33. Ari Qodar
SMK Budi Bhakti.M.
Kesan: saya merasa senang pelatihan dengan pmd dan saya harap tahun depan ada lagi, wawasan saya bertambah luas dengan pelatihan pmd
Pesan: terus berlatih dan membimbing siswa yang lain.

34. Nurjanah
SMAN 1 Cidahu
Kesan: bisa lebih mengetahui tentang waktu masa sekarang dan masa depan intinya termotivasi oleh materi – materi yang di berikan dan dapat termotivasi dalam hidup
Pesan: kalau bisa tiap tahun di adakan pmd dan untuk harinya lebih banyak 2 hari so PMD is the best.....!!!!

48. Wiwi Wiyarsih
SMK Budi Bhakti
Kesan: dapat mengetahui lebih jauh tentang masa depan dan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
Pesan: supaya di adakan setiap tahun

49. Meta Oktavia Susanty
SMK Budi Bhakti
Mandirancan
Kesan: menjadi lebih tahu arah masa depan dan tidak bingung menentukan pilihan dimasa yang akan datang
Pesan: supaya menjadi organisasi yang baik dan lebih banyak kegiatan yang bermanfaat

50. Yantini
SMK Budi Bhakti
Mandirancan
Kesan: memotivasi menentukan masa depan yang lebih baik dan menjadi orang yang tidak ragu dalam menentukan masa depan
Pesan: sering adakan seminar seperti sekarang ini

51. Omia Sari
SMK Budi Bhakti
Kesan: menyenangkan dan menambah wawasan tentang masa depan
Pesan: supaya di adakan setiap tahun dan waktunya terlalu panjang

52. Eka Andriana
SMAN 1 Cibingin
Kesan: menambah wawasan dalam masa depan, mempunyai banyak teman baru,bangga bisa ikut dalam pelatihan ini, mengetahui gambaran tentang masa depan, mengetahui strategi dalam berprestasi dan dapat menentukan ilmu untuk di terapkan di masa depan
Pesan: tolong apabila saya sudah berhasil kegiatan seperti ini harus di adakan lagi dan tolong lebih aktif lagi dalam bidang materinya

53. Mutmainah
UPTD. SKB. Kuningan
Kesan: acara pmd sangat bagus, tadinya kami tidak pernah memikirkan rencana masa depan tapi dengan adanya acara ini kami jadi mulai memikirkanya dan saya menjadi tau tentang arti masa depan dalam kehidupan
Pesan: kalau bisa psertanya lebih banyak lagi

54. Yayan Mardiana
UPTD. SKB. Kuningan
Kesan: kita dapat mengetahui rencana atau gambaran tentang masa depa kita dan kita dapat memperjelas tentang masa depan kita
Pesan: agar kegiatan ini di adakan setiap tahun

55. Sinta Komala Sari
SMA Kosgoro
Kesan: kita dapat berpikir jauh untuk mencapai tujuan hidup di masa depan serta kita terarah kedepan dan mendapat ilmu – ilmu yang bermanfaat bagi diri sendiri
Pesan: kegiatan pmd agar lebih menarik lagi


56 . Yuli Sartika
SMAN 3 Kuningan
Kesan: asyik, menyenangkan, tapi agak boring dikit sich dan mengetahi tentang wawasan peta masa depanku lebih banyak meskipun satu hari
Pesan: aku si pengen lagi da acara ini, sangat mengasyikan


57. Irna Siswanti
SMAN 1 Jalaksana
Kesan: pelatihan ini meskipun cukup melelahkan, tetapi sangat bermanfaat dan bagus sekali dan lebih baik lagi merencanakan masa depan dengan baik
Pesan: pelatihan ini harus terus berlanjut

58. Panni Risma
SMK Budi Bhakti
Mandirancan
Kesan: dapat berkenalan dengan teman – teman yang jauh dan menambah pengetahuan kita, apa tujuan kita di masa depan dan manfaatnya adalah mempunyai kepercayaan untuk memilih masa depan yang baik dan tidak bergantung pada masa depan yang masa bodoh

59. Garnis M Indika
SMAN 1 Mandirancan
Kesan: menyenangkan,menarik dan saya dapat merancang serta dapat menentukan kemana akan harus saya tuju untuk masa yang akan datang
Pesan: PMD sebaiknya diadakan sebulan sekali

60. Suryana
SMKN 6 Kuningan
Kesan: saya jadi siap untuk menempuh masa depan yang akan datang dan saya harus rajin berkerja
Pesan: kalau bisa acarnya jangan 1 hari saja bisa dua hari atau lebih

61. Titik Heryanti
SMAN 1 Ciwaru
Kesan: memperoleh berbagai macam ilmu dan dapat menentukan masa depan kita tanpa ragu dan menjadi orang yang tidak ragu dalam menentukan masa depan
Pesan: terus maju untuk pelatihan PMD

62. Asrian Maulana
SMK.BM. PGRI.
Ciawigebang
Kesan: saya puas, maksudnya pelatihanya tuh benar – benar melatih saya untuk melaju ke masa depan ,saya bisa berintrospeksi diri dan bisa memulai hidup
Pesan: untuk pelatihan PMD sering – sering saja di adakan

63. Neni Nurbelasari
SMK Budi Bhakti Mandirancan
Kesan: baik untuk kemajuan para siswa SLTA,bisa lebih mengetahui dan mengarah ke masa depan
Pesan: sebaiknya harus di adakan kembali dan kalau bisa waktunya jangan terlalu sempit.

64. Sri Mulyati
SMK Budi Bhakti Mandirancan
Kesan: dapat mengatur bagaimana cara hidup dengan baik dan bagaimana cara menuju masa depan dan dapat menambah wawasan
Pesan: agar dapat di lakukan setiap tahun.




Tuesday, February 19, 2008

Artikel: Pengambilan Keputusan Pelajar Jenjang Menengah.

Pengambilan Keputusan untuk Profesi pada Siswa
Jenjang Pendidikan Menengah
(Survei pada SMA, MA, dan SMK di DKI Jakarta).
Oleh: HayadinB

Abstrak: Penelitian ini dilakukan didorong oleh keprihatinan atas tingginya jumlah pengangguran terutama pengangguran terpelajar, dan tingginya permasalahan sosial yang terjadi pada pelajar / siswa usia dan jenjang Pendidikan Menengah di tanah air. Asumsinya adalah, pelajar yang memiliki keputusan untuk menggeluti profesi tertentu pada masa depan, tidak akan melakukan hal-hal negatif yang merusak cita-citanya. Penelitian ini mempertanyakan kemampuan dan wawasan siswa-siswi Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, dan Sekolah Menengah Kejuruan dalam hal membuat keputusan tentang profesi dan pekerjaan. Penelitian dilakukan di Kota Jakarta pada bulan Januari sampai dengan Maret 2005. Sampel penelitian diperoleh secara oportunistik sebanyak 400 siswa. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), belum memiliki keputusan yang jelas tentang profesi yang akan digelutinya.

Kata Kunci: pengambilan keputusan, penemuan diri, profesi, siswa, Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan.
1. Pendahuluan
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2003; fasal 1, ayat 1 pengertian pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pengertian tersebut merupakan ungkapan makna teleologis dari pendidikan yakni menciptakan warga negara yang bertaqwa, berakhlak dan terampil. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diselenggarakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang bersifat formal, nonformal maupun informal dengan berbagai jenjang mulai dari pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi.
Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang ditempuh oleh anak Indonesia dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara formal. Jenjang ini merupakan tahap yang strategis dan kritis bagi perkembangan dan masa depan anak Indonesia. Pada jenjang ini, anak Indonesia berada pada pintu gerbang untuk memasuki dunia pendidikan tinggi yang merupakan wahana untuk membentuk integritas profesi yang didambakannya. Pada tahap ini pula, anak Indonesia bersiap untuk memasuki dunia kerja yang penuh tantangan dan kompetisi.
Secara psikologis, masa tersebut merupakan masa pematangan kedewasaan. Pada tahap ini anak mulai mengidentifikasi profesi dan jati dirinya secara utuh. Para ahli pendidikan seperti Montessory dan Charless Buhler (dalam Sugeng Santosa; 2000), menyatakan bahwa pada usia tersebut seseorang berada pada masa ‘penemuan diri’. Secara spesifik, Montessory menyebutkan pada usia 12 – 18 tahun, sementara Charles Buhler menyebutkan pada usia 13 – 19 tahun. Salah satu aspek ‘penemuan diri’ pada anak yang paling penting pada tahap ini adalah pekerjaan dan profesi. Secara psikologis mereka mulai mengidentifikasi jenis pekerjaan dan profesi yang sesuai dengan bakat, minat, dan kecerdasan serta potensi yang dimilikinya.
Pada sisi lain, secara empirik kita melihat kenyataan para pelajar tersebut menghadapi berbagai permasalahan yang serius seperti: tawuran, dan penyalahgunaan obat psikotropika. Selain itu, para pelajar sering pula diberitakan media melakukan tindakan kekerasan, pergaulan yang tidak teratur, serta banyak menyia-nyiakan waktu.
Kondisi tersebut melahirkan berbagai implikasi langsung kepada diri para pelajar maupun implikasi tidak langsung kepada lingkungan sosial dan budaya bangsa. Dampak kepada para pelajar sebagai implikasi dari perilaku tersebut di atas adalah rendahnya prestasi akademik. Sementara dampak kepada lingkungan sosial dan budaya bangsa dari perilaku pelajar tersebut di atas adalah tingginya angka penggangguran terpelajar (student unemployment) serta rendahnya daya saing bangsa di tengah – tengah bangsa lain di dunia.
Rendahnya daya saing tersebut (seperti telah dimaklumi publik) dipengaruhi oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Salah satu indikator rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia adalah melalui angka indeks pembangunan manusia atau Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh UNDP salah satu organisasi pembangunan PBB. Rating list yang dikeluarkan selalu menempatkan negara Indonesia pada urutan 105 , 104, dan 103. Rating tersebut berada di bawah rating negara-negara Asean lainnya.
Berdasarkan data statistik pada Biro Pusat Statistik (BPS-RI; 2002) jumlah pengangguran terbuka (open unemployment) di tanah air sebanyak 9.132.104 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 41,2 % (3.763.971 jiwa) adalah tamatan SLTA (jenjang pendidikan Menengah), Diploma, Akademi dan Universitas atau ‘pengangguran terpelajar’. Di antara jumlah pengangguran terbuka tersebut, 2.651.809 jiwa tergolong Hopeless of Job (merasa tidak yakin mendapatkan pekerjaan); 436.164 diantaranya adalah tamatan SLTA, Diploma, Akademi, dan Universitas.
Data dan konteks yang diuraikan di atas menunjukkan adanya berbagai persoalan dengan siswa pada jenjang Pendidikan Menengah yakni Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA) di tanah air. Persoalan tersebut (jika dikaji lebih lanjut) berkaitan dengan sistem pembelajaran seperti: kurikulum, media, sumber belajar, dan tenaga pengajar; ataupun lingkungan tempat mereka belajar seperti budaya dan iklim sekolah serta lingkungan makro di mana anak-anak tersebut berada.
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa pada jenjang Pendidikan Menengah yakni: Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA) dalam mengambil keputusan tentang profesi. Secara khusus, penelitian ini ingin mengetahui pilihan (preferensi) siswa setelah tamat pada jenjang Pendidikan Menengah. Apakah mereka akan langsung bekerja atau melanjutkan ke Jenjang Pendidikan Tinggi. Apakah mereka telah mempunyai pilihan yang berkaitan dengan profesi, pekerjaan, Perguruan Tinggi dan Lembaga Kursus yang sesuai dengan pilihan profesinya.
2. Kajian Literatur
a. Pengertian Pengambilan Keputusan
Secara sederhana pengambilan keputusan merupakan peristiwa yang senantiasa terjadi dalam setiap aspek kehidupan manusia. Hal tersebut sebagai konsekuensi logis dari dinamika perkembangan kehidupan yang senantiasa berubah dan bersifat sangat kompleks. Dalam konteks ini, proses pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk respon manusia terhadap lingkungannya. Keputusan yang diambil oleh manusia akan menjadi awal bagi penentuan kehidupan selanjutnya. Demikian seterusnya terjalin secara dialektis antara proses pengambilan keputusan dengan lingkungan kehidupan manusia yang luas dan kompleks.
Fred Luthans dan Keith Davis (1996) mengemukakan bahwa ‘Decision making is almost universally defined as choosing between alternatives. Artinya, bahwa secara umum pengertian dari pengambilan keputusan adalah memilih diantara berbagai alternatif. Pengertian ini diperkuat oleh pendapat Garry Deslerr (2001) bahwa ‘Decision is a choice made between available alternatives’. Ditinjau dari sudut pandang lain dinyatakan pula bahwa ‘Decision making is the process of developing and analyzing alternatives and choosing from among them’ (Garry Desler, 2001).
Way K. Hay dan Cecil G. Miskel (1982) menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan siklus kegiatan yang melibatkan pemikiran rasional baik secara individu maupun kelompok dalam semua tingkat dan bentuk organisasi. Pendapat ini menyebutkan pemikiran rasional sebagai hal yang penting. Pemikiran yang rasional merupakan landasan dalam membuat keputusan, karena pilihan terhadap berbagai alternatif yang tersedia didasarkan pada pertimbangan plus-minus, atau manfaat dan konsekwensi yang menyertai setiap pilihan. Setiap pilihan memiliki konsekwensi. Dan rasionalitas berperan utama dalam menemukan konsekwensi tersebut sebelum keputusan diimplementasikan.
Dari beberapa pengertian yang disebutkan di atas, terdapat satu kata kunci yang penting untuk memahami makna pengambilan keputusan yakni memilih (choice). Memilih berarti menentukan satu hal dari beberapa hal yang ada atau tersedia. Sesuatu yang dipilih ditentukan oleh pertimbangan selera dan rasionalitas individu (Herbert A. Simon, 1997). Biasanya, selera dan rasionalitas tersebut merujuk pada hal-hal yang menyenangkan atau menguntungkan individu dan masyarakat.
b. Pengertian Profesi
Secara sederhana profesi dapat diartikan sebagai pekerjaan yang didasari oleh keterampilan dan keahlian (skill and expertise) tertentu. Carter V. Good (1973), menjelaskan bahwa jenis pekerjaan yang berkualifikasi profesional memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu: memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi calon pelakunya, kecakapan profesi berdasarkan standard baku yang ditetapkan oleh organisasi profesi atau organisasi yang berwenang lainnya, profesi tersebut mendapatkan pengakuan dari masyarakat dan negara dengan segala civil effectnya (Carter V. Good, 1973).
Ahli profesi di Indonesia seperti dikutip oleh Nyoman Dentes menyusun ciri-ciri utama profesi, yakni sebagai berikut: (1). Memiliki fungsi atau signifikansi sosial yang krusial; (2). Tuntutan penguasaan keterampilan sampai pada tingkatan tertentu; (3). Proses pemilikan keterampilan tersebut berdasarkan penggunaan metode imiah; (4). Memiliki batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, eksplisit dan sistematis; dan (5). Penguasaan profesi tersebut memerlukan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2002).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka makna terpenting dari profesi adalah adanya keterampilan sebagai dasar kehidupan yang diperoleh melalui pendidikan, dan bertujuan untuk menolong masyarakat. Pengertian ini menyiratkan makna bahwa tidak semua pekerjaan dapat dikategorikan sebagai profesi. Tetapi setiap profesi selalu berbentuk pekerjaan.
c. Urgensi Pengambilan Keputusan Profesi
Berdasarkan uraian sebelumnya tentang profesi, dapat dimengerti bahwa profesi merupakan salah satu urusan penting dan utama bagi kelangsungan hidup, harkat dan martabat individu. Hal tersebut karena profesi berkaitan dengan pekerjaan, mata pencaharian, dan penghasilan serta kesejahteraan. Kehidupan seseorang dapat memiliki makna yang berarti hanya dengan profesi yang digeluti. Tanpa profesi yang dijalani, maka kehidupan seseorang tidak memiliki nilai.
Sebelum suatu profesi dijalani, terlebih dahulu secara personal terjadi proses pengambilan keputusan, yakni aktivitas berpikir, menelaah dan menimbang beberapa jenis profesi. Ini adalah proses pengambilan keputusan profesi. Dalam rentang kehidupan individu, ada suatu tahap di mana tahap perkembangan individu secara sadar mendorongnya untuk memilih profesi, dan/atau pekerjaan. Tahap ini menurut Anne W. Gormly dan David M. Brodzisky (1993) disebut dengan tahap decision years; yakni masa pengambilan keputusan. Secara biologis, ini ada pada rentang usia 18 – 40 tahun. Masa ini disebut pula dengan fase awal kedewasaan (early-childhood). Pada fase ini, seseorang mulai memasuki dunia kerja, profesi, dan karier.
Selanjutnya, Gormly dan Brodzisky (1993) mengkaji kehidupan manusia berdasarkan ‘lifespan perspektif’; yakni suatu pandangan yang meyakini bahwa perkembangan yang terjadi sepanjang usia manusia merupakan hasil dari interaksi faktor-faktor: fisik, biologis, sosial, historis, budaya dan psikologis. Mereka membagi tahapan kehidupan manusia terdiri atas: beginning years, exploring years, learning years, transition years, decision years, reassessment years, golden years, dan final years. Setiap tahap adalah kontinuitas dan sekuens dari tahap sebelumnya.
Berdasarkan lifespan perspektif, maka pekerjaan, mata pencaharian dan profesi, ada dan mulai berkembang pada tahap learning years, transition years, dan decision years dan seterusnya. Pada tahap learning years, individu mulai menyadari pentingnya peran dan pekerjaan. Ini ada pada usia 6 – 12 tahun. Oleh karena itu, tahap ini dalam perspektif psikologis disebut masa pertengahan anak-anak (middle-childhood). Selanjutnya setelah learning years adalah tahap transisi (transition years) pada usia 12 – 18 tahun. Biasa disebut pula dengan masa Adolescence. Pada tahap ini orang mulai mengembangkan keterampilan kerja, bekerja paruh waktu, dan mulai mengeksplorasi dan merencanakan karier. Setelah tahap ini selesai, maka seseorang memasuki tahap decision years.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa jenjang Pendidikan Menengah atau masa pada Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan(SMK) yang berada pada rentang usia 16 – 18 tahun merupakan akhir masa transisi (transition years) dan awal masa pengambilan keputusan (decision years). Oleh karena itu, pengambilan keputusan profesi pada masa ini merupakan hal yang penting.
d. Hasil Studi yang Relevan
Dari berbagai referensi, salah satu hasil studi yang relevan dengan peneltian ini adalah seperti dilakukan oleh Badeni (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2002). Studi tersebut meneliti tentang Relevansi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan kebutuhan pasar kerja di Indonesia. Penelitian dilakukan pada enam provinsi di Indonesia dengan jumlah sampel sebesar 720 orang alumni SMK. Hasilnya menunjukkan bahwa kesesuaian antara jurusan yang diambil ketika bersekolah di SMK dengan bidang pekerjaan setelah tamat, sangat bervariasi.
3. Metodologi
Penelitian dilakukan dengan survei dan bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa pada jenjang Pendidikan Menengah dalam mengambil keputusan tentang profesi yang akan digeluti. Penelitian ini dilakukan di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA) kelas tiga di DKI Jakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2005. Sampel dipilih secara oportunistik sebanyak 400 siswa. Jumlah tersebut terdiri atas 96 siswa Madrasah Aliyah (MA), 79 siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan sisanya adalah siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Sementara orang tua siswa (sebagai responden) yang dijangkau berjumlah 52 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dan angket. Triangulasi dilakukan untuk memperoleh data dan informasi secara matang. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk merecek data yang diperoleh melalui angket dengan informasi melalui wawancara, baik dari dan kepada murid maupun kepada orang tua dan tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah. Teknik analisis data menggunakan deskriptif-analitis.
Teknik opportunistic sampling digunakan dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Michael Quinn Patton yang menyatakan ‘Opportunistic samling is following new leads during field work, taking advantage of the unexpected flexibility’ (1990). Artinya, opportunistik sampling adalah mengikuti petunjuk baru selama di lapangan, mengambil manfaat dari fleksibilitas yang tak terduga. Dalam penelitian ini, siswa dan mereka yang menjadi sampel dan responden adalah yang dapat dijangkau oleh peneliti dan sesuai dengan karakteristik sampel dan tujuan penelitian.
Dengan metode kualitatif seperti tersebut di atas, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dan kelemahan. Keterbatasan yang sangat dirasakan oleh peneliti adalah pada instrumen angket dan teknik sampling yang digunakan.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

a. Kemampuan Mengambil Keputusan
Indikator utama yang digunakan untuk mengetahui kemampuan dalam mengambil keputusan adalah preferansi pekerjaan dan profesi setelah tamat jenjang Pendidikan Menengah. Berdasarkan data kuisioner, diperoleh gambaran, bahwa: 35,75% siswa kelas tiga SMA/MA/SMK sudah mempunyai pilihan pekerjaan dan profesi; sementara 64,25% lainnya belum memiliki pilihan profesi dan pekerjaan. Siswa-siswi yang belum memiliki keputusan untuk profesi tersebut terdiri atas mereka yang memiliki prestasi akademik yang baik dan ada pula yang prestasi akademiknya sedang.
Mereka berencana untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, mengikuti kursus keterampilan, dan sebagian yang lain langsung mencari pekerjaan. Sebanyak 54 % siswa yang disurvei berencana untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi; 8,9 % berencana untuk mengikuti kursus keterampilan; dan 37,1 % yang lain berencana untuk melamar / mencari kerja. Meskipun demikian, belum seluruh siswa-siswi yang berencana untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi telah memiliki keputusan tentang perguruan tinggi dan jurusan atau fakultas yang akan dipilih. Sebanyak 52,3 % siswa-siswi (yang mengembalikan angket) belum memiliki pilihan perguruan tinggi. Sisanya sudah memiliki pilihan.
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa mayoritas anak sekolah pada jenjang Pendidikan Menengah yang diteliti belum mempunyai pilihan pekerjaan dan profesi yang akan digeluti. Ketidakmampuan memilih pekerjaan dan profesi tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: (1). Kurangnya wawasan dan pengetahuan anak tentang dunia profesi dan pekerjaan; (2). Rendahnya perhatian orang tua terhadap pilihan profesi anak, serta (3). Lemahnya perhatian sekolah tempat anak belajar terhadap dunia pekerjaan dan profesi serta karier.
b. Preferensi siswa kelas tiga SMA/MA.
Informasi rendahnya wawasan dan pengetahuan responden tentang profesi dan pekerjaan, selain dapat dilihat pada Tabel tersebut di atas, juga dapat diketahui melalui ketidaksesuaian (inkoherensi) antara pilihan pekerjaan dan pilihan disiplin ilmu yang akan dipilih di Perguruan Tinggi. Pekerjaan yang dipilih (seperti terlihat pada Tabel 1, nomor 5), menunjukkan mayoritas pada Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sementara itu disiplin ilmu yang dipilih tidak sesuai dengan karakteristik pekerjaan PNS.
Dari data tersebut (Tabel 2) terlihat bahwa disiplin ilmu: Ekonomi, Jurnalistik, Teknologi Informasi, Kedokteran, dan Manajemen, dipilih oleh mayoritas responden. Jika dihitung prosentasenya, maka lebih 50 % jurusan yang dipilih adalah cocok untuk pekerjaan non-PNS. Analisis ini menunjukkan adanya inkoherensi antara pilihan disiplin ilmu dengan pilihan pekerjaan.
Beberapa orang tua siswa yang ditemui di lokasi penelitian menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui apa profesi, pekerjaan dan karier yang hendak ditekuni anaknya. Kebanyakan orang tua yang menjadi responden yakni 71% dari 52 orang tua tidak mengetahui cita-cita anaknya. Mereka adalah orang tua yang memiliki pengetahuan dan wawasan rendah tentang dunia kerja dan profesi. Disamping itu, tekanan ekonomi yang berat, dan kesibukan mencari nafkah membuat mereka tidak memiliki waktu untuk berbincang-bincang tentang pekerjaan dan profesi anaknya. Beberapa orang tua yang telah berpendidikan telah mengetahui apa profesi yang akan digeluti oleh anak mereka.
Sekolah tempat anak belajar tidak memberikan wawasan yang cukup tentang pekerjaan dan profesi. Kebanyakan guru dan Pimpinan Sekolah sangat sibuk dengan tugas mengajar. Sementara sistem penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Penyuluhan atau Konseling (BP/K) belum tersedia secara maksimal. Fungsi guru Bimbingan dan Penyuluhan atau Konseling (BP/K) belum berjalan secara maksimal. Mereka belum mengarahkan siswa-siswinya secara sistematis pada pengambilan keputusan tentang profesi, pekerjaan dan karier.

6. Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Pada umumnya siswa pada jenjang Pendidikan Menengah (SMA, MA, SMK) yakni 64,25%, belum mampu mengambil keputusan untuk profesi, pekerjaan dan karier yang akan digelutinya.
2. Pada umumnya siswa pada jenjang Pendidikan Menengah (SMA, MA, SMK) belum memperoleh wawasan, pengetahuan dan informasi yang cukup untuk mengambil keputusan tentang profesi, pekerjaan, dan karier.
3. Pada umumnya orang tua siswa, pendidik dan tenaga kependidikan pada jenjang Pendidikan Menengah belum memberikan wawasan, pengetahuan dan informasi yang relevan tentang dunia pekerjaan dan profesi kepada siswa.
c. Saran-saran.
Berdasarkan temuan penelitian seperti tersebut di atas, maka beberapa hal yang perlu dilakukan adalah:
1. Para pengamat dan ilmuwan sosial perlu merubah titik pandang (point of view) tentang penyebab pengangguran terutama pengangguran terpelajar (scholar unemployment). Selama ini pandangan publik terbentuk bahwa pengangguran merupakan akibat dari kelangkaan kesempatan kerja. Tetapi melalui temuan penelitian ini, pandangan tersebut tidak semuanya benar. Pengangguran terutama pengangguran terpelajar (scholar unemployment) juga merupakan akibat dari ketidak-siapan output pendidikan memasuki pasar kerja. Hal tersebut karena mereka belum mengambil keputusan tentang profesi ketika berada di sekolah.
2. Sekolah terutama pada jenjang Pendidikan Menengah perlu menyediakan informasi dan wawasan dasar tentang profesi, pekerjaan dan karier kepada siswanya. Pendidik dan tenaga kependidikan, utamanya Kepala sekolah bersama guru Bimbingan Penyuluhan dan Konseling perlu memberikan pengetahuan dan informasi yang relevan tentang pekerjaan, profesi dan karier kepada siswa-siswinya. Hal ini harus diatur sedemikian rupa agar tidak menggagu proses belajar-mengajar anak, serta tidak mempengaruhi hasil belajar. Sedapat mungkin ini dapat menjadi sumber motivasi dan inspirasi bagi anak untuk memacu prestasinya dan menyongsong masa depannya yang cerah.
3. Orang tua atau wali siswa diharapkan sering melakukan dialog (sharing) dengan putra-putrinya yang duduk di bangku sekolah jenjang Pendidikan Menengah untuk membahas pekerjaan dan profesi yang akan digeluti.
DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik. 2002. Statistik Indonesia. Jakarta: BPS RI
Depdiknas. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 038, Tahun ke 8, 2002. Jakarta: Balitbang-Diknas
Deslerr, Garry, 2001. Management; Leading People and Organizations in the 21st Century. New Jersey: Prentice Hall
Good. V. Carter. 1973. Dictionary of Education. NewYork: McGrow-Hill Inc.
Gormly. W. Anne, and David M. Brodzisky. 1993. Lifespan Human Development. Florida: H.B.J. Publisher
Hay. K. Way. and Cecil G. Miskel. 1982. Education Administration: Theory, Research, and Practice. Newyork: Random House Inc.
Luthans, Fred. and Keith, Davis. 1996. Organizational Behavior. New York: McGrow-Hill
Patton, Michael Quinn. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods. London: Sage Publication
Santoso, Sugeng. 2000. Problematika Pendidikan. Jakarta: Kreasi Pena Gading
Simon. A. Herbert. 1997. Administrative behavior. New York: The Free Press
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

B Penulis adalah juga penulis buku "Peta Masa Depanku: sebuah buku petunjuk untuk para Pengunjung dan Pemilik Masa Depan"

Artikel: Pelajar Ideal

MENJADI PELAJAR IDEAL
(Harapan Orang Tua, Guru, Bangsa & Agama)[1]
Oleh: Hayadin[2]
A. Pendahuluan.
Sekolah merupakan jembatan emas menuju masa depan yang gemilang. Dengan bersekolah orang belajar berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk mempersiapkan masa depan. Mereka yang sukses selalu mereka yang bersekolah. Jarang (bahkan tidak ada) buta huruf & buta aksara yang meraih sukses. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa setiap orang yang bersekolah (automaticly) akan memiliki masa depan yang cerah. Karena masa depan merupakan sesuatu yang berbeda dengan masa sekarang. Masa sekarang (bersekolah) terasa sangat indah, romantis, bersahabat dan nyaman. Sementara masa depan yang berjarak lima, delapan, atau sepuluh tahun dari sekarang akan diwarnai oleh persaingan (kompetisi), dan tuntutan kebutuhan hidup yang kompleks.
Pada era globalisasi, kita tidak hanya berkompetisi dengan kerabat sekampus atau sekampung. Tetapi setiap orang (mau atau tidak mau) akan berkompetisi dengan orang lain dari berbagai belahan bumi. Ada orang Amerika, Inggris, Australia, Malaisia, Singapore, Arab Saudi, dan lain-lain. Jaminan untuk bertahan (eksis) adalah keterampilan dan profesionalisme. Setiap orang mesti memiliki keterampilan dan/untuk menjalani profesi tertentu.
Keterampilan merupakan seperangkat keahlian (teknis) untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas tertentu dalam tempo yang relatif singkat. Keterampilan yang didukung oleh konsep dan apresiasi terhadap pekerjaan secara fokus, konprehensif dan utuh akan melahirkan profesionalisme. Untuk memiliki profesi (menyandang status profesional) orang mesti memiliki keterampilan, pekerjaan dan kualifikasi pendidikan yang koheren. Artinya, keterampilan, dan pekerjaannya didasari oleh kualifikasi pendidikan yang relevan; atau sebaliknya kualifikasi pendidikan mendukung keterampilan dan pekerjaannnya.
Oleh karena itu, perencanaan studi, profesi, karier dan masa depan merupakan salah satu hal yang penting bagi anak sekolah selain prestasi akademik. Sejak di bangku sekolah keputusan tentang profesi yang akan dipilih harus dibuat.
B. Tipe Pelajar
Berdasarkan dua kriteria tersebut yakni perencanaan masa depan dan prestasi akademik, maka tipe pelajar dapat dibagi dalam 6 kategori.

1. Pelajar tipe A
Dalam klasifikasi ini, pelajar tipe A ditandai oleh prestasi akademik yang tinggi dan perencanaan masa depan yang jelas. Secara akademis, nilai raport mereka berada pada rentangan angka 7,5 – 9. Nilai raport tersebut secara obyektif dan valid mencerminkan kemampuan berpikir, menghafal, menalar, menulis, berhitung, menganalisis, aplikasi, kesopanan, dan akhlakul karimah. Pada sisi lain, dalam pikiran atau perasaannya telah tergambar (visualisasi) seseorang yang profesional. Mungkin ia menggambarkan dirinya sebagai dokter, tentara, guru, ustadz, mekanik, wartawan, pegiat sosial, penulis pada tiga, lima atau delapan tahun dari sekarang.

2. Pelajar tipe B
Pelajar tipe B ditandai oleh prestasi akademik sedang dan memiliki perencanaan masa depan yang jelas. Secara akademis, nilai raport mereka berada pada rentangan angka 6 – 7,5. Nilai raport tersebut secara obyektif dan valid mencerminkan kemampuan berpikir, menghafal, menalar, menulis, berhitung, menganalisis, aplikasi, yang tiak terlalu brilyan. Nilai raport tersebut juga mencerminkan dan akhlakul karimah. Meskipun tidak terlalu brilyant, dalam pikiran atau perasaannya telah tergambar (visualisasi) seseorang yang profesional. Mungkin ia menggambarkan dirinya sebagai perawat, dokter, tentara, guru, ustadz, mekanik, montir, pedagang, kontraktor, wartawan, pegiat sosial, penulis pada tiga, lima atau delapan tahun dari sekarang.

3. Pelajar tipe C
Pelajar tipe C ditandai oleh prestasi akademik yang rendah tetapi memiliki perencanaan masa depan yang jelas. Secara akademis, nilai raport mereka berada pada rentangan angka 5 – 6. Angka tersebut merupakan angka repetisi (mengulang) kelas setelah tinggal kelas. Nilai raport tersebut secara obyektif dan valid mencerminkan kemampuan berpikir, menghafal, menalar, menulis, berhitung, yang rendah. Meskipun demikian, dalam pikiran atau perasaannya telah tergambar (visualisasi) seseorang yang profesional. Mungkin ia menggambarkan dirinya sebagai tentara, mekanik, pegiat sosial, pedagang, pengendara (driver), satpam, karyawan pada tiga, lima atau delapan tahun dari sekarang.

4. Pelajar tipe D
Pelajar tipe D ditandai oleh prestasi akademik yang tinggi tetapi tidak memiliki perencanaan masa depan yang jelas. Secara akademis, nilai raport mereka berada pada rentangan angka 7,5 - 9. Nilai raport tersebut secara obyektif dan valid mencerminkan kemampuan berpikir, menghafal, menalar, menulis, berhitung, menganalisis, aplikasi, kesopanan, dan akhlakul karimah. Meskipun demikian, ia tidak memiliki arah dan cita-cita yang realistis. Ia hanya menggambarkan dirinya menjadi orang yang hebat, terkenal, dan tersohor. Gambaran tersebut bersifat sumir. Tidak real.

5. Pelajar tipe E
Pelajar tipe E ditandai oleh prestasi akademik yang sedang tetapi tidak memiliki perencanaan masa depan yang jelas. Secara akademis, nilai raport mereka berada pada rentangan angka 6 - 7,5. Nilai raport tersebut secara obyektif dan valid mencerminkan kemampuan berpikir, menghafal, menalar, menulis, berhitung, menganalisis, aplikasi, kesopanan, dan akhlakul karimah. Secara akademis tergolong menengah. Meskipun demikian, ia tidak memiliki arah dan cita-cita yang realistis. Sama seperti pelajar tipe D, ia menggambarkan dirinya (pada masa depan) menjadi orang yang hebat, terkenal, dan tersohor, tetapi tidak konkrit/real. Mungkin ia berpandangan bahwa suatu saat (di masa yang akan datang) setelah merampungkan studi (sekolah) ia akan bekerja pada organisasi atau instansi atau perusahaan

6. Pelajar tipe F
Pelajar tipe F ditandai oleh prestasi akademik yang rendah dan tidak memiliki perencanaan masa depan yang jelas. Secara akademis, nilai raport mereka sangat jelek. Sebagaimana halnya pelajar pada tipe C mereka tinggal kelas, dan baru naik kelas setelah mengulang. Kemampuan berpikir, menghafal, menalar, menulis, berhitung, hanya pas-pasan. Di samping itu mereka tidak memiliki arah dan cita-cita yang realistis. Ia bahkan tidak pernah atau tidak berani menggambarkan dirinya menjadi orang yang profesional. Ia bersekolah hanya untuk mengikuti irama sosial. Boleh jadi di sekolah ia tidak memiliki motivasi.

C. Menjadi Pelajar Ideal.
Berdasarkan klasifikasi tersebut di atas, maka menjadi pelajar ideal berarti menjadi pelajar tipe A & B. Ciri khas pelajar tipe A & B adalah memiliki perencanaan masa depan yang real sejak dini. Di samping itu mereka juga memiliki intelegensi yang baik. Prestasi akademik dan akhlak mereka baik. Dengan karakteristik tersebut mereka menjadi orang yang sangat diharapkan oleh orang tua, guru, bangsa, negara dan agama.
[1] Disampaikan pada acara Temu Pelajar se Jawa Timur, 6 April 2006.
[2] Penulis buku "Peta Masa Depanku; sebuah buku petunjuk untuk para pengunjung dan pemilik masa depan"

Wednesday, February 6, 2008

pmd Management Center

PMD (PETA MASA DEPANKU) dirancang sebagai instrumen bagi pelajar INDONESIA untuk memandang masa depan secara realistik. Gagasan Peta Masa Depanku yang sudah diterbitkan menjadi buku telah dilengkapi dengan paket pelatihan bagi adik-adik pelajar Indonesia. Dengan pelatihan ini diharapkan setiap pelajar Indonesia dapat memiliki perencanaan Masa Depan yang lebih baik.

Tanpa perencanaan yang jelas dan terarah, maka anak-anak dan remaja bersekolah hanya atas tuntutan irama sosial, dan kesenangan atau paksaan semata. Mereka tidak memiliki harapan sebagai alasan untuk belajar, berjuang mengukir prestasi dan kesuksesan sejak dari sekolah. Potensi dan gejolak emosi kemudaan dan keremajaan mestinya dibingkai dan diarahkan secara fokus (goal oriented) sehingga teraktualisasi secara positif.

PETAMASADEPANKU hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bersama-sama dengan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah; Dinas, Kantor, Agen atau Lembaga Pendidikan bersinergi untuk menciptakan pelajar yang rajin, disiplin, kreatif, patuh pada orang tua dan guru, serta berorientasi tujuan.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah memberikan dasar dan arahan agar setiap pelajar (anak sekolah) menjadi manusia yangn lebih baik di masa yang akan datang. Kemudian diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standard Nasional Pendidikan dan juga Permendiknas No. 22, 23, dan 24 Tahun 2006 tentang Standard Isi (SI), Standard Kompetensi Lulusan (SKL) dan strategi pelaksanaannya. Kebijakan Pemerintah yang terakhir secara tersurat menyatakan perlunya setiap anak sekolah mendapat bimbingan “Pengembangan Diri”.

Secara khusus kami menyuguhkan program pelatihan kepada Pelajar Sekolah Menengah Pertama, dan Tsanawiyah atau yang sederajad kejar paket B, Sekolah Menegah Atas, Menengah Keterampilan, Pelajar Madrasah Aliyah dan sederajad, kejar paket C.

Ada 4 MATERI POKOK dalam pelatihan pmd, yakni: Garis Waktu, Peta Masa Depanku, Portopolio Masa Depanku, dan Self-Assessment (penilaian Diri).

TUJUAN UTAMA kegiatan ini adalah menanamkan Peta konsep Masa Depan dalam pikiran (otak dan jiwa) pelajar Indonesia.

Dan secara terperinci tujuan dari kegiatan ini adalah:
1). Memberikan pengetahuan tentang pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan kepada pelajar.
2). Memberikan orientasi tentang Peta Masa DepanKu, sebagai instrumen perencanaan studi & masa depan pelajar Indonesia.

MANFAAT yang diperoleh peserta pelatihan pmd adalah sbb:
1). Sikap positif, dan Wawasan tentang pengetahuan yang mengedepankan kemajuan dan masa depan yang lebih baik;
2). Wawasan tentang strategi meraih cita-cita;
3). Sikap positif dan Wawasan tentang perilaku hidup sehat dan terencana
4). Motivasi berprestasi dan motivasi belajar.
5). Keterampilan membuat keputusan dan rencana pribadi tentang studi, profesi, karier, dan masa depan.

WAKTU Pelatihan dapat diselenggarakan dengan durasi 1 hari (8 jam) efektif dan 3 hari (27 jam) efektif. Paket pelatihan 1 hari BERTEMPAT di Sekolah. Sementara untuk paket pelatihan 3 hari, dapat dilaksanakan di sekolah dan dapat pula di tempat lain yang aman dan nyaman.

Kegiatan ini BERBENTUK Semi – Training (seminar & pelatihan). Dengan METODE ceramah, mentorship, games, simulasi, self-reflection, puzzle, dan Brain-Gym. Kegiatan BERSIFAT Terbuka, funky, bersahabat, disiplin, DAN focus.

INDIKATOR keberhasilan setelah mengikuti pelatihan pmd adalah:
a. Setiap peserta dapat membuat Peta Masa Depan mereka sendiri
b. Setiap peserta dapat mengetahui proses (steps) membuat keputusan dan rencana pribadi tentang studi, profesi, karier dan masa depan.
c. Respon pasca pelatihan (menggunakan PMD ID Card)

Peserta yang telah mengikuti pelatihan pmd, mendapat kesempatan untuk menjadi mentor pada pelatihan pmd. Mereka mendapat kesempatan terlibat pada kegiatan pmd yang lain seperti: diskusi dan dialog masa depan. Selain itu PMD akan memberikan laporan kepada Sekolah dan orang tua murid (melalui sekolah) tentang status, kondisi, dan kecenderungan orientasi masa depan anak. Laporan tersebut dibuat berdasarkan penilaian yang dilakukan selama dan sesudah pelatihan.

So, mari kita bekerjasama dalam membangun generasi muda bangsa yang cemerlang.
Masa depan bangsa tergantung pada kesiapan dan kualitas individu pelajar hari.

Terima kasih.

Hubungi kami di: petamasadepanku007@yahoo.co.id

Cheeersssssssssssss!!!!!

Atau langsung koment di bawah ini:

Tuesday, February 5, 2008

Salam pmd

Hai …,
Pelajar Indonesia!
Mau menjadi apa di masa depan?
APAKAH pertanyaan tersebut PENTING?
APAKAH pertanyaan tersebut RELEVAN?

Ya!
Biarlah kalau ada perbedaan dalam merespon pertanyaan tersebut.

Secara umum, orang Indonesia terbagi atas 2 (dua) golongan dalam merespon/menjawab pertanyaan tersebut.

Golongan pertama, adalah mereka yang TIDAK MAU mempersoalkannya. Bagi mereka, yang penting adalah hari ini (sekarang); dan tidak perlu membuat rencana untuk masa depan. Semua sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita (menurut mereka ini) hanya menjalani apa yang akan terjadi.

Golongan kedua, adalah mereka yang MAU mempersoalkannya. Bagi mereka, hari ini (sekarang) merupakan saat yang penting dan berguna untuk menata masa depan yang lebih baik. Hari esok harus lebih baik dari hari ini. Hari ini (sekarang) mereka membuat rencana untuk masa depan. Bahkan, mereka membangun dan menuliskan mimpi-mimpi dan harapan mereka untuk diraih di masa depan. Mereka memiliki obsesi, cita-cita, dan harapan yang menjadi motivasi untuk giat belajar, dan ulet bekerja.

Naaah!
Pelajar Indonesia, Anda ada di golongan mana?
Kami mengajak adik-adik (Pelajar Indonesia) untuk ikut bergabung dengan kami di ‘petamasadepanku.net’ untuk saling berbagi melalui berbagai program kegiatan, pelatihan, konsultasi, mentoring, untuk mendukung Mata Pelajaran yang Anda pelajari di sekolah menjadi modal dasar Anda menuju masa depan yang gemilang.